Pengamanan Lingkungan Hidup
Pulau Panjang
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Pos Pengendali Dasmpak Lingkungan (Poskodal) di Pulau Panjang tahun 2009 lebih mengarah pada gerakan psikologis yakni pada penyadaran pengunjung tentang arti pentingnya kelestarian potensi Sunber Daya Alam (SDA) yang ada di sana.
Hal ini dilakukan oleh tema yang ada di Poskodal karena pengunjung yang mengambil terumbu karang dan kekayaan lainnya sangat menurun drastic. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya terumbu karang yang diambil pengunjung dan dikembalikan oleh team Poskodal mencapai antara 60-90 dus, tapi untuk tahun 2009 ini tidak lebih dari 10 dus.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan pencurian karang tersebut, yakni selain lima tahun secara rutin LSM Celcius bersama Forum Pencinta Alam se-Kabupaten Jepara (FPAJ) melakukan gerakan cinta lingkungan di sana, mereka juga melakukan pemantauan secara berkala dua kali dalam sebulan. Bahkan pernah dilakukan selama satu minggu team Poskodal berkemah di Pulau tersebut.
Kemudian didukung pula oleh para petugas pengelola Pesta Lomban yang secara perlahan sudah mulai sadar dan turut membantu memberikan pengertian kepada para pengunjung.
“Untuk tahun ini, bukan berarti tidak ada pengunjung yang mengambil terumbu karang atau lainnya, tetapi mereka lebih mudah diberi pengertian dan langsung dikembalikan sehingga terumbu karang tidak terkumpul di Posko seperti tahun-tahun sebelumnya” ungkap Ketua LSM Celcius, Didid Endro S.
Kendati demikian Celcius dan FPAJ tetap berharap adanya kebijaksanaan dari Pemerintah Kabupaten melalui dinas-dinas terkait untuk memikirkan keberadaan pulau tersebut. Pasalnya, dalam kondisi seperti ini, tidak serta merta kita dilegakan begitu saja melainkan untuk tetap berjaga-jaga hal serupa akan terulang kembali pada hari seusai lomban atau bahkan pada pesta lomban tahun yang akan datang.
Seperti kawasan wisata lainnya, Pulau Panjang yang dijual adalah keindahan alam yang ada, tetapi jika semua potensi habis diambil (dicuri) tanpa ada kebijaksanaan yang mengarah ke sana, tentu Pulau tersebut akan kehilangan daya tarik dan sepi pengunjung. Hal ini yang mesti dipikirkan bersama dari masing-masing pihak terutama pihak pemanfaat seperti Disparbud, Badan Lingkungan Hidup, Dislutkan dan lainnya.
“Kami berharap adanya pengambilan sikap dari masing-masing institusi terkait. Tidak sekedar menyalahkan pihak lain, apalagi menyalahkan kami yang sudah dengan sukarela melakukan pengamanan ini” tambah Didid.
Selanjutnya dua orang yang ditunjuk sebagai koordinator pengamanan lingkungan di sana, menyampaikan ada tujuh titik rawan yang dijaga ekstra ketat. Tujuh titi tersebut sangat berpotensi terjadinya pengambilan terumbu karang, tanaman langka serta burung blekok dan lain sebagainya.
Dari tujuh titik rawan tersebut, ada 4 titik yang diprioritaskan yakni pos tujuh dari sisi timur (dermaga ke utara), pos 1,2, dan 3 dari dermaga ke selatan hingga depan mercu suar.Adapun pos-pos yang linnya bukan berarti aman, tetapi lebih difokuskan pada penyampaian pengertian kepada para pengunujung. Selain itu juga melakukan pengawasan kalau ada pengunjung yang berhasil membawa terumbu ke daratan lalu dimintanya untuk dikembalikan ke tempat semula.
“Kami merasa cukup lega karena tahun ini tidak sebegitu parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini lebih sedikit pengunjung yang mengambil terumbu karang. Itupun lebih mudah diarahkan”, ungkap salah satu koordinator lapangan, Ali Rohmad yang sejak lima tahun lalu terlibat dalam Poskodal Pulau Panjuang.
Kelegaan yang sama juga diungkapkan oleh 72 personil team Poskodal. Kendati demikian, mereka merasa tersinggung ketika ada pihak-pihak tertentu yang sengaja menyalahkan mereka atas Poskodal yang dilakukan. Mereka menilai bahwa kegiatan ini dilakukan atas sukarela dan atas dasar cinta lingkungan. Mereka sebenarnya tidak mengharapkan adanya imbalan apapun tetapi setidaknya ada pengambilan sikap yang bijaksana dari masing-masing institusi.
“Tanpa atau dengan dukungan Pemerintah, kami tetap akan melakukan kegiatan ini dan kami tidak mengharapkan apapun. Mari kita buktikan komitmen ini. Adakah pejabat yang mau turun langsung tanpa dibayar?” tegas koordinator dua, Arief Rohman.
Pihaknya merasa tersinggung ketika ada salah satu Dians yang menyalahkan kegiatan tersebut. Apalagi dianggap menganggu kenyamanan pengunjung. Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya satu dua kali dilakukan maainkan sudah enam tahun berturut-turut dan selama itu pula tidak pernah terjadi hal-hal yang mengganggu pengunjung. Bahkan setelah diberikan pengertian, ada beberapa pengunjung yang dengan suka rela membantu kegiatan tersebut. Mulai dari berjaga di masing masing pos hingga mengembalikan terumbu karang ke laut.
“Sekarang tinggal bagaimana sikap Pemerintah. Kalau memang sama-sama memiliki komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan potensi wisata yang ada, ya mari kita bersama-sama melakukan gerakan cinta lingkungan ini. Tetapi jika tidak, biar masyarakat yang memberikan penilaian. Kami juga tahu seberapa besar anggaran yang diberikan untuk kegiatan lingkungan hidup kok” tegas Didid Endro S.
Selanjutnya, Didid juga merencanakan akan melakukan pemantauan lingkungan dibeberapa titik terkait dengan pelaksanaan pesta lomban dengan pengerahan personil yang semakin banyak pula. Kegiatan ini akan dimulai dengan menginventarisir berbagai potensi kekayaan SDA pada masing-masing titik pelaksanaan pesta lomban.
Kemudian, Didid juga menyinggung sedikit persoalan tata letak kawasan wisata di Pulau Panjang. Seperti halnya pembuatan toilet untuk pengunjung dan pengelolaan sampah. Di kawasan tersebut hanya ada satu toilet permanen. Kemudian ada dua toilet sementara yang letaknya tidak memenuhi syarat estetika kawasan wisata dan hal ini dibiarkan begitu saja oleh pengelola atau institusi terkait.
Selain itu, usai pesta lomban, banyak sampah baik sampah organic maupun non organic yang dibiarkan berserakan begitu saja. Tolilet yang tidak layak dan tidak adanya pengelolaan sampah akan menimbulkan kesan kumuh pada kawasan wisata Pulau Panjang. Semoga tahun yang akan datang menjadi lebih baik, mengingat Pulau Panjang selain sebagai kawasan wisata alam juga sebagai tempat wisata religius.
Pulau Panjang
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Pos Pengendali Dasmpak Lingkungan (Poskodal) di Pulau Panjang tahun 2009 lebih mengarah pada gerakan psikologis yakni pada penyadaran pengunjung tentang arti pentingnya kelestarian potensi Sunber Daya Alam (SDA) yang ada di sana.
Hal ini dilakukan oleh tema yang ada di Poskodal karena pengunjung yang mengambil terumbu karang dan kekayaan lainnya sangat menurun drastic. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya terumbu karang yang diambil pengunjung dan dikembalikan oleh team Poskodal mencapai antara 60-90 dus, tapi untuk tahun 2009 ini tidak lebih dari 10 dus.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan pencurian karang tersebut, yakni selain lima tahun secara rutin LSM Celcius bersama Forum Pencinta Alam se-Kabupaten Jepara (FPAJ) melakukan gerakan cinta lingkungan di sana, mereka juga melakukan pemantauan secara berkala dua kali dalam sebulan. Bahkan pernah dilakukan selama satu minggu team Poskodal berkemah di Pulau tersebut.
Kemudian didukung pula oleh para petugas pengelola Pesta Lomban yang secara perlahan sudah mulai sadar dan turut membantu memberikan pengertian kepada para pengunjung.
“Untuk tahun ini, bukan berarti tidak ada pengunjung yang mengambil terumbu karang atau lainnya, tetapi mereka lebih mudah diberi pengertian dan langsung dikembalikan sehingga terumbu karang tidak terkumpul di Posko seperti tahun-tahun sebelumnya” ungkap Ketua LSM Celcius, Didid Endro S.
Kendati demikian Celcius dan FPAJ tetap berharap adanya kebijaksanaan dari Pemerintah Kabupaten melalui dinas-dinas terkait untuk memikirkan keberadaan pulau tersebut. Pasalnya, dalam kondisi seperti ini, tidak serta merta kita dilegakan begitu saja melainkan untuk tetap berjaga-jaga hal serupa akan terulang kembali pada hari seusai lomban atau bahkan pada pesta lomban tahun yang akan datang.
Seperti kawasan wisata lainnya, Pulau Panjang yang dijual adalah keindahan alam yang ada, tetapi jika semua potensi habis diambil (dicuri) tanpa ada kebijaksanaan yang mengarah ke sana, tentu Pulau tersebut akan kehilangan daya tarik dan sepi pengunjung. Hal ini yang mesti dipikirkan bersama dari masing-masing pihak terutama pihak pemanfaat seperti Disparbud, Badan Lingkungan Hidup, Dislutkan dan lainnya.
“Kami berharap adanya pengambilan sikap dari masing-masing institusi terkait. Tidak sekedar menyalahkan pihak lain, apalagi menyalahkan kami yang sudah dengan sukarela melakukan pengamanan ini” tambah Didid.
Selanjutnya dua orang yang ditunjuk sebagai koordinator pengamanan lingkungan di sana, menyampaikan ada tujuh titik rawan yang dijaga ekstra ketat. Tujuh titi tersebut sangat berpotensi terjadinya pengambilan terumbu karang, tanaman langka serta burung blekok dan lain sebagainya.
Dari tujuh titik rawan tersebut, ada 4 titik yang diprioritaskan yakni pos tujuh dari sisi timur (dermaga ke utara), pos 1,2, dan 3 dari dermaga ke selatan hingga depan mercu suar.Adapun pos-pos yang linnya bukan berarti aman, tetapi lebih difokuskan pada penyampaian pengertian kepada para pengunujung. Selain itu juga melakukan pengawasan kalau ada pengunjung yang berhasil membawa terumbu ke daratan lalu dimintanya untuk dikembalikan ke tempat semula.
“Kami merasa cukup lega karena tahun ini tidak sebegitu parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini lebih sedikit pengunjung yang mengambil terumbu karang. Itupun lebih mudah diarahkan”, ungkap salah satu koordinator lapangan, Ali Rohmad yang sejak lima tahun lalu terlibat dalam Poskodal Pulau Panjuang.
Kelegaan yang sama juga diungkapkan oleh 72 personil team Poskodal. Kendati demikian, mereka merasa tersinggung ketika ada pihak-pihak tertentu yang sengaja menyalahkan mereka atas Poskodal yang dilakukan. Mereka menilai bahwa kegiatan ini dilakukan atas sukarela dan atas dasar cinta lingkungan. Mereka sebenarnya tidak mengharapkan adanya imbalan apapun tetapi setidaknya ada pengambilan sikap yang bijaksana dari masing-masing institusi.
“Tanpa atau dengan dukungan Pemerintah, kami tetap akan melakukan kegiatan ini dan kami tidak mengharapkan apapun. Mari kita buktikan komitmen ini. Adakah pejabat yang mau turun langsung tanpa dibayar?” tegas koordinator dua, Arief Rohman.
Pihaknya merasa tersinggung ketika ada salah satu Dians yang menyalahkan kegiatan tersebut. Apalagi dianggap menganggu kenyamanan pengunjung. Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya satu dua kali dilakukan maainkan sudah enam tahun berturut-turut dan selama itu pula tidak pernah terjadi hal-hal yang mengganggu pengunjung. Bahkan setelah diberikan pengertian, ada beberapa pengunjung yang dengan suka rela membantu kegiatan tersebut. Mulai dari berjaga di masing masing pos hingga mengembalikan terumbu karang ke laut.
“Sekarang tinggal bagaimana sikap Pemerintah. Kalau memang sama-sama memiliki komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan potensi wisata yang ada, ya mari kita bersama-sama melakukan gerakan cinta lingkungan ini. Tetapi jika tidak, biar masyarakat yang memberikan penilaian. Kami juga tahu seberapa besar anggaran yang diberikan untuk kegiatan lingkungan hidup kok” tegas Didid Endro S.
Selanjutnya, Didid juga merencanakan akan melakukan pemantauan lingkungan dibeberapa titik terkait dengan pelaksanaan pesta lomban dengan pengerahan personil yang semakin banyak pula. Kegiatan ini akan dimulai dengan menginventarisir berbagai potensi kekayaan SDA pada masing-masing titik pelaksanaan pesta lomban.
Kemudian, Didid juga menyinggung sedikit persoalan tata letak kawasan wisata di Pulau Panjang. Seperti halnya pembuatan toilet untuk pengunjung dan pengelolaan sampah. Di kawasan tersebut hanya ada satu toilet permanen. Kemudian ada dua toilet sementara yang letaknya tidak memenuhi syarat estetika kawasan wisata dan hal ini dibiarkan begitu saja oleh pengelola atau institusi terkait.
Selain itu, usai pesta lomban, banyak sampah baik sampah organic maupun non organic yang dibiarkan berserakan begitu saja. Tolilet yang tidak layak dan tidak adanya pengelolaan sampah akan menimbulkan kesan kumuh pada kawasan wisata Pulau Panjang. Semoga tahun yang akan datang menjadi lebih baik, mengingat Pulau Panjang selain sebagai kawasan wisata alam juga sebagai tempat wisata religius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar